Sepenggal cerita dari perjalanan menelusuri 'JALUR EVAKUASI LAPAR'.......

19 Maret 2009

'Semalam di Telaga Sarangan'


Liburan akhir pekan kemaren, aku dan beberapa teman yang tergabung dalam Pulsar Owners Club dapat undangan acara pembukaan dealer Bajaj yang baru di Madiun. Kami berangkat dari Surabaya sekitar pukul 16.00. Setelah beberapa keli berhenti untuk menunggu rombongan dari Kediri, akhirnya kami tiba di Madiun sekitar pukul 19.00 wib. Sesampai di dealer Bajaj Madiun acara dilanjutkan turba dan keliling kota. Setelah puas berkeliling akhirnya kami menuju penginapan di area telaga Sarangan.



Dengan kondisi yang gelap serta karakter jalan yang benyak tikungan tajam, membuat salah seorang rombongan sempat mengalami kecelakaan kecil. Sampai di penginapan udara sangat dingin. Ternyata penginapan kami sekitar 100 meter dari Telaga Sarangan. Kondisi dingin dan perjalanan dari Madiun menuju Sarangan cukup membuat perut kami keroncongan.



Meski sudah larut malam, disekitar kawasan telaga masih banyak para penjual sate kelinci dan sate ayam. Pada beberapa tahun yang lalu di daerah ini juga terkenal dengan sate kera-nya. Tetapi sekarang sudah tidak ada lagi penjual sate kera disini. Tak lama dua orang penjual sate mendatangi penginapan kami. Setelah kami memesan beberapa porsi, dengan cekatan mereka langsung membakarkan sate ayam dan sate kelinci.



Harga sate di sini terhitung murah. Untuk 15 tusuk sate, bisa sate ayam saja, sate kelinci ataupun campuran dari kedua jenis daging binatang tersebut, hanya dihargai Rp. 9.000,-. Sedangkan 1 piring lontong sebagai teman menyantap sate hanya dihargai Rp. 1.000,- Karakter dan rasa sate kelinci tidaklah begitu berbeda dengan daging ayam. Yang sedikit membedakan hanyalah warna dan daging kelinci yang lebih empuk karena banyak mengandung lemak. Setelah kenyang menyantap kuliner malam kawasan wisata telaga sarangan , beberapa diantara kami beranjak tidur.



Keesokan harinya setelah mencuci muka dan minum kopi yang diberikan oleh pengelola penginapan. Aku memutuskan untuk jalan-jalan dan menikmati udara pagi disekitar telaga. Setelah mengelilingi telaga dan sesekali berhenti untuk jeprat-jepret dengan kamera Lumix pocketku, aku ngobrol-ngobrol dengan salah seorang penduduk asli Sarangan. Sewaktu asyik ngobrol, seorang penjual nasi pecel yng lewat membuat perutku tiba-tiba minta untuk diisi.



Penjual nasi pecel itu bernama mbok Karmi. Katanya dia telah lebih dari 15 tahun berjualan nasi pecel dikawasan telaga Sarangan. Menu yang dibawa adalah nasi putih, sambel pecel, beberapa lauk seperti telur, daging, tempe dan rempeyek (sejenis kerupuk yang terbuat dari tepung terigu dan diberi campuaran kacang atau kedelai dengan ditambah adonan bumbu). Sedangkan untuk ‘pecel’ atau sayurannya terdiri dari daun sawi hijau, kubis, toge, selada air, dan kembang turi.



Akupun segera memesan satu ‘pincuk’ (bungkus daun pisang) nasi pecel. Dengan lauk telur, tempe dan rempeyek hanya dihargai Rp. 5.000,- saja. Karena sambel pecel di daerah ini cenderung lebih manis dan kurang pedas bagi lidahku, akupun meminta sambal beberapa sendok lagi. Ditangan Mbok Karmi, kembang turi yang biasanya sedikit pahit, diolah sedemikian rupa hingga tak terasa pahit. Setelah puas menikmati menu sarapan akhirnya saya kembali kepenginapan untuk mandi dan melanjutkan acara bersama rombongan yang lain. Jika suatu saat sedang berlibur di Sarangan jangan lupa mencicipi sate kelinci dan sate ayam, atau nasi pecel khas Sarangan…!!!

1 komentar:

  1. mas bln dpn aq mau k sarangan neh,mnta petunjuk jalan yg jelas dong.kl misalkan bw rombongan 10 org plus nginep brp ya?btw kl naek motor ksna sulit gak?

    BalasHapus

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP