Sepenggal cerita dari perjalanan menelusuri 'JALUR EVAKUASI LAPAR'.......

20 April 2009

‘Special European Causine’ ala Mary’s Resto



Malam minggu yang cerah, membuat tanganku gatal untuk segera mengambil motor dan tancap gas menikmati suasana kota. Setelah memasuki ruas jalan di tengah kota, ternyata keramaian lalu lintas cukup membuat moodku jadi sedikit berubah. Ramainya beberapa tempat nongkrong dan ruas jalan ditengah kota, membuatku banting haluan menuju kawasan Surabya Barat. G Walk adalah sebuah kawasan yang aku tuju. Nuansa lampu hias warna-warni menambah semakin menariknya tempat makan yang sebagian besar berkonsep outdoor ini.




Memasuki kawasan G Walk, kecepatan motor mulai aku kurangi. Ternyata di kawasan ini beberapa tempat makan dan ruas jalannya tak kalah ramai. Disalah satu deretan tempat makan, terdapat sebuah resto yang baru saja dibuka. Beberapa karangan bunga ucapan selamat masih ada di samping pintu masuknya. Dari luar cafĂ© ini terkesan tampak nyantai banget. Meskipun tempatnya tidak terlalu besar tetapi kesan elegan muncul dari setingan interiornya. Tempat makan itu bernama Mary’s Resto.


Resto yang ternyata dikelola oleh para entrepreneur muda ini, mengambil menu andalan special European Causine. Aneka masakan ala Eropa disajikan sesuai lidah orang Surabaya. Sebagai menu andalan bulan ini Mary’s Resto menawarkan Menu Buntut yang terdiri dari sop buntut bakar, sop buntut kuah, sop buntut goreng dan beberapa menu olahan dari bahan dasar iga atau ribs yang terdiri dari sop iga bakar, sop iga madu, Iga lada hitam, ribs eye steak, dan ribs steak. Sensasi manis dari madu akan memberikan rasa yang lebih pada beberapa masakan di resto ini.


Ketika memasuki resto ini, para pengunjung akan disambut alunan musik yang easy listening. Nuansa coklat dan beberapa frame foto stylelife menghiasi tembok salah satu resto di kawasan perumahan elite Ciputra ini. Dalam rangka promo bulan ini, hampir semua menu masakan diberlakukan diskon sebesar 30 %. Menu masakan yang ditawarkan di resto Mary’s varian harga untuk satu porsinya berkisar antara Rp.10.000 hingga Rp. 25.000,-. Selain aneka menu buntut dan iga para pengunjung juga bisa menikmati aneka pilihan jus buah segar sebagai pendamping makanan.



Bagi yang kurang menggemari menu olahan dari buntut dan iga, pengunjung masih bias memilih beberapa menu alternatif yang lain. Beberapa menu lain tersebut adalah aneka steak, spaghetti bolognaise, salad buah, salad sayur dan sop merah. Bagi yang pengin menikmati malam minggu romantis bersama pasangan, tempat ini bisa dijadikan alternatif untuk tempat makan malam.



Lokasi :
Ruko Taman Gapuro/G Walk B 16
Citraland Surabaya.


17 April 2009

"Roti Unyil Bikin Orang Doyan Ngemil.."



Beberapa waktu yang lalu kawasan Surabaya diselimuti mendung yang sangat tebal.. Padahal sore harinya aku ada janjian ketemu dengan seorang pemilik kios makanan ringan di daerah Sutorejo Prima. Meski belum pernah main kerumah keluarga muda ini, bermodal alamat aku meluncur menuju daerah di Surabaya Timur ini.


Dengan diiringi rintik hujan yang mulai turun, akhirnya aku sampai juga dialamat tersebut. Kios mungil yang berdiri disamping sebuah rumah yang megah itu adalah ‘Roti Unyil Cherry Red’. Setelah jeprat-jepret, beberapa detik kemudian hujan deraspun mulai mengguyur komplek perumahan Sutorejo Prima….



Sambil menunggu hujan reda sang tuan rumah mengajak meliha
t langsung proses pembuatan roti unyil. Dinamakan roti unyil karena memang bentuknya sangat mungil, lebih kecil dari kebanyakan roti yang tersebar dipasaran. Meskipun bentuknya lebih kecil, tetapi untuk rasa dan kualitas bahan bakunya tidak kalah dengan roti-roti bermerek lain. Bentuknya yang mungil dan warnanya yang mengundang selera menjadi dayak tarik makanan ringan ini. Tak hanya anak-anak, para orang dewasapun banyak yang menyukai cita rasanya.



Selain menggunakan bahan-bahan lokal seperti ragi instan, tepung terigu, gula ataupun mentega, Lucky Anie Sowadji sang pemilik Cherry Red juga mendatangkan bahan impor. Seperti fresh cream dan beberapa bahan lain yang tidak didapatkan di pasar lokal. Harga yang dipatok terbilang cukup murah, tiap jenis roti dihargai Rp.1.500. Selain menyediakan aneka ragam varian roti unyil, ibu muda ini juga melayani pemesanan. Jika pagi dipesan, siang harinya sudah bisa diambil.



Para penikmat roti unyil juga bisa melihat langsung saat roti sedang dihias maupun saat sedang di masak di dalam oven. Karena didalam showroom mungil tersebut, beberapa produknya dibuat secara langsung. Meskipun sebagian besar produknya adalah makanan yang bikin orang jadi doyan ngemil, tetapi ternyata di tempat ini juga menyediakan roti tawar dengan aneka ukuran.


Setiap harinya pembuatan roti dilakukan sebanyak dua kali.
Aneka pilihan rasa seperti burger, roti unyil dengan isi sosis, cream keju, white forest, coklat stowberry, blueberry, coffe mocca dan beberapa menu lainnya bisa ditemukan dikios Cherry Red yang beralamatkan di jalan Sutorejo Prima Utara I/20 PCC 19 Surabaya. Pengin ngemil roti unyil…????


Roti Unyil
'Cherry Red'
Jl. Sutorejo Prima Utara I/20 PCC 19
Telp. 031 70915537, 5981181
Fax. 031 5981689

14 April 2009

"Nasi Goreng Jancuk...!!!"


Ditengah semrawutnya lalu lintas kota, tiba-tiba ponselku berdering berulang kali... Sebuah pesan aku terima, "Bem.. ditunggu di Cafe Taman Surabaya Plasa Hotel, acara sudah dimulai...!!" Dan aku pun langsung tancap gas menambah kecepatan menuju lokasi acara. Lalu lintas yang padat dan pengendara becak yang seenaknya melawan arus, membuatku berulang kali mengucap.... "Jancuuuk...!!!"



Dan tak lama akhirnya sampai juga aku di salah satu hotel ternama di Surabaya itu. Acara telah dimulai.... Beberapa undangan tengah duduk manis di masing-masing mejanya. Dan akupun segera mengambil tempat di salah satu meja yang telah disediakan. Segelas lemon squash dingin kupesan untuk mengusir dahaga. Hari ini acara yang digelar adalah louncing menu terbaru oleh Chef Eko. Salah satu menu tersebut adalah 'Nasi goreng Jancuk'. Loh kok...???
Bagi masyarakat Suroboyo, mendengar kata "jancuk" bukanlah sesuatu yang asing. Kata ini kerap kali digunakan antar sesama arek-arek kota pahlawan untuk menunjukkan keakraban. Tetapi akan berbeda jika diucapkan oleh orang yang belum dikenal. Bisa-bisa malah memancing kesalahpahaman. Jadi jangan asal mengucap kata ini disembarang tempat....


Dengan ramah tuan rumah menyambut para tamu undangan. Dan sang jago masak pun mulai bercerita tentang menu terbarunya. Ide membuat kreasi nasi goreng Jancuk muncul secara tidak sengaja."Suatu siang saya ditodong rekan-rekan Departement Head untuk menyiapkan menu yang lain dari biasanya. Padahal saat itu baru saja menyesaikan hidangan makan siang dalam jumlah banyak untuk para tamu hotel" cerita chef Eko. Rasa capek membuat chef Eko berulang kali mengucap "Jancuk sik kesel aku rek...!!" untuk mengungkapkan kekesalannya. Akhirnya dengan terpaksa chef Eko membuat masakan yang sederhana tetapi dengan bumbu yang sedikit berbeda. Dengan sedikit kesal Chef Eko membuatkan nasi goreng dengan porsi jumbo serta rasa ekstra pedas dan bumbu terasi yang cita rasanya cukup kental dilidah.


Ketika disajikan ternyata banyak menimbulkan reaksi yang berbeda dari orang-orang yang menyantapnya. "Jancuk cek akehe....!!!" "Jancuk... cek pedes'e...!!!" Karena nasi goreng yang dibuat memang lebih dari biasanya. Porsinya lebih besar dan memiliki rasa pedas diatas rata-rata. Dari sinilah ide itu muncul... Jadi bagi yang ingin bernostalgia dengan selera lidah asli orang Surabaya mampir saja di Cafe Taman.. Sebuah menu nasi goreng ekstra jumbo dengan penyajian menggunakan alas daun jati tentu akan dengan cepat disajikan oleh chef Eko...



Menu nasi goreng jancuk ini bisa dinikmati setiap hari selama bulan April hingga Mei 2009. Dengan harga tiap porsinya Rp 37.500 nett. Satu porsi nasi goreng ini bisa dinikmati untuk 4-6 orang. Bagi yang tidak terlalu suka pedas bisa memesan sesuai selera, tetapi tetap dengan porsi yang sama. Selain menu ini selama bulan tersebut tersebut juga di gelar promo aneka menu gorengan. Menu-menu tersebut adalah smoked salmon choux dengan harga Rp.37.500,-nett, bologna potato Rp 31.000,- nett, tahu boom Rp. 31.000,- nett, dan martabak bombay dengan harga Rp 35.000,- nett. Pengin coba sensasi "Jancuk-nya...???"

08 April 2009

'Pempek Kedungdoro'


Laju sepeda motorku sedikit pelan menyusuri jalanan malam kota Surabaya. Lenggangnya ruas jalan sangat bertolak belakang dengan kemacetan dan kebisingan yang ditimbulkan suara knalpot dan deru mesin di siang harinya. Selepas magrib di beberapa pinggir jalan kota Surabaya mulai banyak bermunculan gerai kaki lima dengan menawarkan kenikmatan kuliner yang beraneka ragam. Ketika melewati ruas jalan Kedungdoro, pandangan mataku tertuju pada kerumunan para pembeli disalah satu gerai kaki lima. Gerai itu menawarkan nikmatnya pempek Palembang.


Meski pempek adalah makanan khas dari Palembang. Tetapi jika ingin menikmati kuliner asli Indonesia ini, warga Surabaya tidaklah perlu jauh-jauh ke Palembang. Dibeberapa titik kota Surabaya, telah banyak gerai-gerai yang menjajakan makanan ini. Salah satunya adalah Pempek Kedungdoro.


Gerai yang telah dibuka lebih dari 11 tahun ini memiliki cirikhas sendiri untuk penyajian dan rasanya. Jika kebanyakan pempek yang disajikan hanya terdiri dari kapal selam, lenjeran dan lenggang, tetapi di tempat ini ditambahkan lagi dengan mie putih atau mie kuning. Jadi porsi yang disajikan tampak lebih banyak dan mengenyangkan.


Menurut Ridwan anak dari pemilik gerai Pempek Kedung doro ini, cara penyajian pempek tak jauh berbeda dengan pempek pada umumnya. Pempek digoreng hingga berwrna kecoklatan, kemudian dipotong-potong dan disiram dengan saos cuko serta diberi mentimun yang diiris kecil-kecil. Yang membedakan dengan pempek asli palembang hanya pada sausnya. Jika saus di palembang lebih kental, karena menggunakan gula aren, sedangkan saus di Surabaya lebih encer karena sangat sulit mendapatkan gula aren di kota ini.


Gerai pempek yang mulai dibuka sejak pukul 17.00 hingga tengah malam ini, harga satu porsinya dipatok sebesar Rp.9.000. Sedangkan untuk varian macamnya terdiri dari 3 macam. Yaitu kapal selam, lenjeran, dan lenggang. Meski menjajakan makanan khas Palembang, tetapi gerai pempek Kedungdoro telah memodifikasi sesuai dengan lidah orang Surabaya. Jika di palembang lebih dominan rasa pedasnya, maka di Surabaya gerai ini lebih memberikan rasa yang manis dan tidak terlalu pedas.


Kebanyakan masyarakat Surabaya menyukai makan pempek Kedungdoro karena porsi yang disajikan sangat banyak dan sesuai dengan lidah kota Buaya. Beberapa penikmat pempek justru membeli yang masih belum digoreng. Biasanya untuk dimasak sendiri dirumah dan sebagian sisanya disimpan dilemari pendingin untuk dimasak dilain hari.

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP