Sepenggal cerita dari perjalanan menelusuri 'JALUR EVAKUASI LAPAR'.......

24 Agustus 2009

Bakso Kuto Cak To



Dari semangkuk bakso, aromanya saja bisa membuat orang penasaran untuk ingin menikmatinya..

Bakso…??? Siapa sih gak kenal dengan makanan lezat yang terbuat dari daging dan berbentuk bundar ini..?? Dari aromanya saja bisa membuat orang penasaran untuk ingin menikmatinya. Beberapa waktu yang lalu, sewaktu ke Sidoarjo, aku sempatkan mampir di salah satu depot bakso. Tepatnya Bakso Kuto Cak To. Tempat makan ini berkonsep seperti warung dengan desain ruangannya terbuka. Sebuah tempat makan yang sangat nyaman di sekitar GOR Delta Sidoarjo. Untuk masalah harga..?? Standar dompet pelajar…!!! Kalo urusan rasa… Coba sendiri aja..



Karena rasanya yang khas dan harga relatif murah, Bakso Kuto Cak To banyak digemari mulai dari kalangan pelajar sampai pekerja kantoran.

Di setiap daerah masakan bakso memiliki karakter sendiri-sendiri. Untuk Jawa Timur sendiri, bakso yang terkenal ada dua macam, yaitu bakso Malang dan bakso Solo. Perbedaan yang mencolok dari kedua jenis bakso ini terletak pada kuahnya. Karakter dari bakso Malang kuahnya cenderung lebih bening karena bumbu-bumbu yang digunakan adalah bumbu mentah. Sedangkan untuk bakso Solo, karakternya memiliki kuah yang lebih kental serta lebih keruh. Ini dikarenakan bumbu yang digunakan digoreng terlebih dahulu.


Dengan tata ruang terbuka dan sirkulasi udara yang sangat bagus,
suasana santai dan nyaman adalah sebuah konsep yang ditawarkan oleh Bakso Kuto Cak To


Lalu bagaimana dengan Bakso Kuto Cak To..??? Bakso ini didirikan oleh Wachid Basir Krismanto atau lebih dikenal dengan nama Cak To. Sejak masih SMA pria ramah ini telah mulai merintis usaha dibidang kuliner. Berbagai usaha warung hingga café pernah dia coba. Dengan menu aneka macam penyetan (nasi sambel tempe penyet, telur, ayam, lele, ikan laut) pernah dicoba dan tak jarang usahanya malah gulung tikar. "Dulu bangkrut dari usaha itu kayaknya sudah langganan" ujar Cak To. Karena berangkat dari pengalaman itu menuntutnya untuk kembali memutar otak dan merintis usaha baru lagi. Karena menurutnya kegagalan adalah sukses yang tertunda. Dari sebuah kegagalan kita bisa belajar dimana letak kesalahan dan kekurangan kita. Sehingga untuk kedepannya kita harus lebih baik.



"Untuk mendapatkan usaha seperti saat ini saya harus berulang kali jatuh bangun dan mengalami gulung tikar. Tapi dengan semangat untuk kembali berdiri, belajar dari kegagalan dan diiringi doa, kesuksesan pasti bisa kita genggam" kata Cak To

Sampai akhirnya Cak To melihat bakso sebagai usaha makanan yang memiliki prospek kedepan paling bagus. Bagaimana tidak.?? Hampir setiap tempat makan diberbagai daerah, jenis makanan ini paling banyak ditawarkan dan penyajiannya tidaklah terlalu merepotkan. Mulai dari rumah makan, depot, kaki lima hingga gerobak dorong, makanan ini sangat mudah ditemukan. Dan penikmatnya juga banyak..

Setelah kurang lebih enam bulan bereksperimen, akhirnya Cak To menemukan formula racikan yang lain dari kebanyakan penjual bakso. Sebuah resep baru gabungan dari bumbu-bumbu khas Bakso Solo dan Bakso Malang. Untuk pertama kali resep temuannya diuji coba kepada beberapa teman dan saudara… Ternyata hasilnya… Hemmm… Mantap…



Higienis adalah harga mati untuk standart produksi Bakso Kuto Cak To

Setelah racikannya mendapatkan respon yang menggembirakan, bakso buatannya mulai dipasarkan untuk umum. Karena Cak To sangat tahu produknya memiliki ciri khas dan berbeda dengan produk penjual bakso yang lain, dia menentukan standart khusus proses produksi agar kualitasnya tetap terjaga. “Standart khusus itu adalah menggunakan bahan baku berkualitas tinggi. Mulai dari bumbu, sayur, serta daging yang digunakan harus masih segar. Proses produksi juga harus mengutamakan kehigienisan, dan yang tak kalah penting semua produk buatannya sama sekali tidak menggunakan bahan pengawet. Selain itu cara penyajian juga mempengaruhi laku tidaknya produk kita” ucap Cak To dengan penuh optimis.



Dengan konsep prasmanan, pembeli bisa memilih sendiri menu yang disukainya

Untuk cara penyajian, tempat makan di jalan Raya Pahlawan Sidoarjo ini memilih konsep prasmanan. Karena menurutnya pembeli bisa memilih sendiri makanan, sesuai dengan selera atau yang disukainya saja. Tata ruang dibuat terbuka seperti warung, hal ini bertujuan untuk menghilangkan kesan mahal dari harga produk makanan yang ditawarkan. Disamping itu agar suasana bisa lebih santai karena sirkulasi udaranya bagus.

Pernah salah satu gerai bakso rekanannya sepi dan jarang pembeli. Tapi ketika Cak To datang ke lokasi, ternyata tempatnya tertutup seperti kebanyakan sebuah depot. Sehingga banyak orang berpendapat makanan yang dijual pastilah mahal. Dan ternyata setelah dirombak dengan tata ruang yang lebih terbuka, gerai baksonya mulai ramai didatangi pembeli.



Lebih dari 40 varian menu ditawarkan Bakso Kuto Cak To

Bakso Kuto Cak To memiliki lebih dari 40 varian menu yang ditawarkan, seperti : bakso halus, bakso kasar, bakso super kasar, bakso isi telur puyuh, bakso isi tuna chunk, bakso isi smoked beef, bakwan goreng, siomay udang, ekado, dan lain-lain. Meskipun banyak orang yang menyarankan untuk menambah varian makanan yang dijual, tetapi pria ini memutuskan untuk konsentrasi pada menu bakso saja.

Karena banyak permintaan masyarakat dari luar daerah ataupun yang rumahnya jauh dari Sidoarjo, sekitar tahun 2006 Cak To mulai menawarkan system kemitraan atau wara laba.



Jl.Raya Pahlawan
Sidoarjo-Jawa Timur
Telp. 031 716 946 69
(031) 807 0166

14 Agustus 2009

"Festival Kelezatan Sepenuh Hati"



Apapun makanannya, resep tradisional warisan nusantara adalah yang paling cocok dengan lidah orang Indonesia..

Akhirnya saat-saat yang dinanti itu telah tiba…
Setelah sukses Jakarta dan Bandung, Festival Jajanan Bango 2009 kembali digelar di Surabaya. Lebih dari 51 gerai penjaja makanan tradisional khas Jawa Timur, 10 gerai aneka minuman dan jajanan pasar serta ditambah 8 duta Bango turut ambil bagian dalam meramaikan festival kelezatan yang digelar 8 Agustus 2009 kemarin.


Menikmati aneka makanan di festival kelezatan sepenuh hati akan lebih nikmat jika bersama orang-orang tercinta..


Meski acara yang mengusung tema “Festival Kelezatan Sepenuh Hati” ini baru dibuka untuk umum jam 12.00 WIB, namun para pemburu kelezatan kuliner tradisional telah banyak berdatangan sejak pagi. Ditandai dengan pelepasan ratusan balon dan gunting pita oleh Memoria Dwi Prasita brand manager Bango, akhirnya serangkaian acara FJB 2009 resmi dibuka.




Memoria Dwi Prasita brand manager Bango memberikan potongan tumpeng kepada Surya Saputra..

Dalam pesta makan-makan kali ini pengunjung bisa dengan mudah menemukan berbagai makanan tradisional khas Jawa Timur. Dari pintu masuk utama , pengunjung langsung disambut dengan aneka gerai makanan. Mulai dari lontong balap, lontong kupang, semanggi, tahu campur, tahu tek, dan rujak cingur, sate kuda, aneka bakso, pempek, dan masih banyak aneka makanan yang lain akan menyambut pengunjung dengan berbagai aroma khasnya. Meski siang itu sangat panas, tapi tak mampu menghentikan keinginan pengunjung dalam berburu kelezatan kuliner warisan nusantara.



Meski siang itu sangat panas, tapi para pengunjung tetap rela antri unutk mencicipi resep spesial rujak Bango..

Siang itu aku juga sempat mencicipi rujak Cingur Sedati. Bentuk ‘layah’ atau ‘cobek’ (tempat menghaluskan berbagai bumbu terbuat dari batu) yang memiliki ukuran super besar, cukup membuatku penasaran. Sambil memperhatikan ibu Nur Aini ‘menguleg’ (menghaluskan dengan alat) berbagai macam bumbu, aku memesan 1 porsi rujak. Bumbu rujak petis Sedati, sangat berbeda dengan bumbu-bumbu rujak petis pada umumnya. Siapa sangka ternyata petis yang digunakan adalah racikan dari 7 macam petis berkualitas dan teknik meracik yang orisinil.


Inilah ibu Nur Aini Rujak Cingur Sedati dengan layah atau cobek super besarnya ..

Selain itu ibu separuh baya ini telah bereksperimen mencampur adonan bumbu dengan kecap bango. Dan ternyata campuran bahan ini justru memberikan rasa yang sangat lezat. Dengan gaya bicaranya yang menggebu-gebu, ibu Nur Aini menceritakan bahwa dalam satu adonan bumbu ‘layah’ ekstra besar ini, bisa digunakan untuk 100-125 porsi. Upss…!! Berarti dalam sehari dia bisa membuat berapa porsi ya…?? Tak lama setelah membayar Rp. 15.000,- rujak petis Sedati ini segera aku santap. Dan Hemmm... mantap banget campuran petisnya...


Cingur sapi dan berbagai bahan baku pilihan adalah rahasia kelezatan dari Rujak Cingur Sedati ibu Nur Aini.


Dari gerai rujak petis Sedati aku menuju Dapur Bango Cita Rasa Nusantara. Di tempat ini host Surya Saputra selaku pemandu program, tengah mencoba melakukan uji resep lontong Kupang Suko. Dengan ditemani salah satu ahli racik Lontong kupang dari pasar Suko Sidoarjo ini, step by step proses pembuatan lontong kupang dilakukan bersama-sama.


Inilah yang namanya 'Lenthu'..
salah satu teman menyantap lontong kupang.
Makanan gorengan ini terbuat dari bahan sejenis kacang-kacangan.

Makanan khas Jawa Timur yang satu ini adalah lontong yang penyajiannya bersama dengan kupang (sejenis binatang laut) kemudian disiram dengan kuah dari campuran petis dan cabe. Menyantap lontong kupang akan lebih lengkap jika ditemani dengan sate kerang dan segelas es degan sebagai penawar racun yang mungkin terkandung dalam kupang laut tersebut. Dan diakhir acara Surya Saputra mendapat kehormatan mencicipi racikan ala lontong kupang pasar Suko Sidoarjo.



Ekspresi Surya Saputra ketika mencicipi resep warisan dari Lontong Kupang Pasar Suko Sidoarjo. "Wussh... hem... nyam... nyam..."



"Mansteb tenan Bu...!!" Acungan jempol untuk racikan yang sangat istimewa ini...

Setelah menyaksikan aksi di Dapur BCRN, aku mencoba melihat-lihat gerai makanan yang lain. Ada rasa penasaran juga untuk mengunjungi satu-persatu 8 Duta Bango yang mewakili kota Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Tegal, Medan dan tuan rumah Surabaya sendiri. Pemilihan Duta Bango sendiri, ternyata berdasarkan beberapa kriteria penilaian. Penilaian itu adalah berdasarkan keunggulan resep warisan, bahan baku pilihan, serta cara memasak yang otentik dan penyajian tradisional.



Pondok Sate Pejompongan Jakarta mulai disibukkan dengan aktivitas bakar sate sejak sebelum acara ini resmi dibuka...

Kedelapan duta Bango tersebut adalah Pondok Sate Kambing Muda Pejompongan (Jakarta), Tahu Goreng Sei Putih (Medan), RM Timlo Sastro (Surakarta), Tahu Kupat Gempol Yang Jempol (Bandung), Brongkos Daging Ibu Suprih (Yogyakarta), Nasi Lengko Warung Pi’an (Tegal), dan Tahu Bakso Ibu Pudji (Ungaran-Semarang).



Kupat Tahu Gempol yang Jempol dengan berbagai persiapannya, datang jauh-jauh dari Bandung hanya untuk melayani para pemburu kelezatan kota pahlawan dan sekitarnya...

Karena harus balik lagi ke kantor, sekitar jam 14.00 aku cabut dari arena FJB 2009. Tapi pada malam harinya balik lagi, berburu kelezatan makanan tradisional. Kali ini ditemani pacar tersayang. Sembari menikmati racikan menu spesial dari Bakso Bogo yang letaknya cukup dekat dengan panggung hiburan, alunan merdu dari Sang Diva Krisdayanti menambah nikmatnya setiap menit yang dilewati. Bener-bener makan malam yang tak akan terlupakan.. Sayang Festival kelezatan ini cuman berlangsung sehari. Belum puas rasanya mencicipi beberapa menu tradisional yang ada….


  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP